Jumat, 30 Desember 2011

Aku dan Kamu


  Sayang.....
  Tak pernah aku tawarkan cinta
  Tak pernah aku janjikan harta
  Tak pernah aku tawarkan bahagia
  dan tak pernah aku janjikan surga

                          Untuk apa harta jika kamu tak setia
                          Untuk apa bahagia jika kamu suka berdusta
                          Untuk apa cinta jika di hatimu tak ada rasa
                          dan untuk apa surga jika kita tak berdoa

  Sayang......
  Aku dan kamu satu dalam cinta
  Bersyair bahagia dengan sedikit harta
  Tak pernah ada dusta hanya ada rasa
  Rasa setia untuk selamanya dengan selalu berdoa
  Insya allah kita akan dapatkan surga
  Surga dunia dan akhirat
  Amin...


Puisi Ini Untuk Kekasihku yang Sedang Sakit


  Cepat sembuh ya sayang
  Malam tanpa angin
  Tanpa bisikan daun-daun ranting

  Cepat sembuh ya sayang
  Bulan pun menjadi redup 
  Cahaya terperangkap dalam kabut
  Bila matamu sayu dan hening

  Cepat sembuh ya sayang
  Langit menjadi kelam dan suram
  Hati pun gelisah dan tenggelam
  Bila wajahmu pucat dan terbaring lemah tak berdaya

  Sebutir kapsul, segelas doa
  Sepeluk kasih, sekecup sayang
  Semoga kamu cepat sembuh ya
  Mata dan hatiku terjaga hanya untukmu



Aku Ingin....


 Pada tatapan mata yang pertama
    Aku ingin berkenalan denganmu

 Pada tatapan mata yang kedua
    Ketika aku mengenalmu,
    Aku ingin berteman denganmu

 Pada tatapan mata yang ketiga
    Ketika aku berteman denganmu,
    Aku ingin menemanimu, berbisik dan menyatakan cinta

  Pada tatapan mata yang keempat
    Ketika aku mencintaimu,
    Aku ingin kamu menjadi milikku

  Pada setiap tatapanku
    Aku ingin kamu bahagia bersamaku

Gunung Merapi


Sesudah meletupkan awan panas pertama kali pada Selasa (26/10) sore pukul 17.02 WIB, hingga kini letusan Merapi tak kunjung reda. Bahkan, hari ini saja, Rabu (3/11), luapan awan panas menyembur selama 1 jam lebih.

Status krisis gunung Merapi pun kini disematkan  Kepala Kepala Pusat Vulkonologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM Dr Surono. Pria yang hari-hari ini sibuk mengawasi Merapi tergopoh-gopoh saat gunung yang paling aktif itu menyemburkan awan panas yang sangat lama.

Mencekam, panik, itulah gambaran yang muncul dari raut wajah Surono dan ribuan pengungsi gunung Merapi. Tak mau berpikir panjang, Surono dan para petugas di pos pengamatan pun meninggalkan lokasi pengamatan untuk menghindari bahaya awas panas. Adapun, pengungsi diminta mundur sejauh 15 kilometer atau berada di luar radius 10 kilometer.

"Pengungsian diperluas karena adanya awan panas besar dimulai pukul 11.04 WIB yang lama, namun sejak pukul 16.09 WIB hingga 16.35 WIB, belum berhenti," kata Surono.

Letupan gunung Merapi yang tak kunjung berhenti itu memang tak ada yang memprediksi sebelumnya. Itulah mengapa pemerintah jauh-jauh hari memutuskan masa tanggap darurat Merapi 1 bulan. Mungkin saja, alasannya karena semburan Merapi yang sulit diprediksi berhenti.

Lantas, kapan semburan awan panas akan berhenti? Hingga kini, tak ada pihak yang berani memastikan secara tepat. Mereka masih menunggu kondisi dan fenomena lainnya dari Merapi sebelum mengambil suatu kesimpulan. Yang pasti, saat ini status Merapi masih berbahaya.

Krisis Merapi yang terus berlanjut seharusnya sudah mulai diperhitungkan untuk dikelola secara terukur, sistematis dan tepat sasaran. Hal ini diperlukan karena pemerintah sejauh ini masih terlihat kedodoran mengatasi para korban bencana. Sehingga, korban yang seharusnya selamat akhirnya tewas ditelan bencana.

Pengelolaan bencana yang terukur sangat penting agar bencana yang terjadi tak menjadi krisis. Ada benarnya jika kita perlu mendengar seruan Presiden agar para pengungsi menaati petunjuk pemerintah.

Tapi, lagi-lagi seruan itu datang terlambat. Kenyataan ini makin mengungkap tabir jika pemerintah tak belajar banyak dari petaka bencana yang telah merenggut ratusan ribu anak negeri ini.

Sementara, khalayak umum mafhum jika bencana bisa terjadi karena dua faktor, pertama karena faktor alam. Kedua, karena faktor ulah manusia. Namun, keduanya memiliki potensi krisis bila tidak ditangani dengan benar.

Bahkan publik semakin yakin jika Indonesia bukan hanya negeri berpemandangan elok, tapi juga rawan bencana. Gempa bumi dan tanah longsor bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Itulah mengapa dibutuhkan ketangkasan dan kecepatan yang terukur dalam mengatasi bencana alam.

Apalagi, bencana seperti gunung Merapi telah diprediksi jauh-jauh hari. Untuk kawasan Yogyakarta saja, pasca bencana gempa berkekuatan besar tahun 2006 lalu, daerah ini belum aman dari terjangan bencana.

Yogyakarta masuk dalam kategori provinsi rawan bencana di Indonesia karena ada delapan ancaman bencana. Kedelapan bencana itu adalah letusan gunung Merapi, tanah longsor, kekeringan, gempa bumi, epidemik demam berdarah, banjir dan angin kencang atau angin ribut.

Dan jauh-jauh hari pula Dewan Kehormatan Forum Pengurangan Risiko Bencana Yogyakarta dan Kepala Bidang Penanggulangan Bencana DIY telah menyosialisasikan kepada masyarakat perihal penanggulangan resiko akibat bencana. Tapi, entah kenapa dalam letusan gunung Merapi manajemen resiko itu tak berjalan efektif.

Di daerah rawan bencana, pemerintah seyogianya menyusun program mitigasi yang terencana. Kita bisa meniru Jepang yang bahkan sudah membiasakan anak-anak sejak di bangku sekolah dasar bersikap menghadapi bencana. 

Dari Warta News (google)

Kamis, 29 Desember 2011

Mencintaimu..........


  Gerimis mencintaimu kekasih
  Lembut butir-butir kasih sayang jatuh di ceruk matamu
  Mengalir ke lubuk puisiku
  Curahan hatiku, 
  Matahari pagi merajut benang-benang gerimis dan seikat pelangi menjadi kunciran indah di rambutmu


            Hujan mencintaimu kekasihku
            Jejak-jejak kemarau di hapusnya dari pelataran
            Tak di biarkannya bunga-bunga terurai tanpa kegembiraan
            Di siramnya air mata langit untuk membasahi lembah jiwamu


  Anginpun mencintaimu kekasihku
  di terbangkannya bunga-bunga dalam hembusan lirih di jendela
  di semerbak wangi tubuhmu kurasakan musim bunga yang tiada akhir


            Senja mencintaimu kekasihku
            Warna keemasan seolah lukisan nirwana
            Aku belai rambutmu dalam sentuhan jingga
            Hatiku berdebar mengingatmu penuh dengan gairah masuk kedalam hatiku


  Malam mencintaimu kekasihku
  Dinyalakannya lampu-lampu indah menghiasi ruang kita
  Bintang-bintang berkedip mengintip dari kejauhan
  Semuanya menjadi lukisan malam-malam istimewa kita


            Dan pagi mencintaimu sayang
            Adakah yang lebih membuatmu bahagia
            Dari matahari yang memeluk hangat jiwamu
            Matahari yang terbit dari lembah hatiku
            Selalu manyapamu dengan kecupan


  Aku mencintaimu........

Dengan Apakah Harus Kutuntaskan Puisi Ini

Sayang, dengan apakah harus kutuntaskan puisi ini ?
Apakah dengan menggoreskan luka di jariku agar mengalir darahku ?
Hingga setiap kata berdebar di jantungku
atau dengan tetesan keringat yang membungkus di punggungku agar kamu tahu puisi ini adalah hasil kerja kerasku selama ini dan setiap kata tumbuh dari ketulusan hatimu
atau dengan air mata yang meloncat-loncat seperti huruf-huruf di papan ketik


          Hanya ingin mengikuti apa saja yang aku tulis
          Seperti sebuah perasaan meloncat-loncat di dalam hati
          Lalu meloncat keluar sebagai air mata


Aku tidak mau itu terjadi
atau dengan langkah-langkah kita menyeberangi jembatan ke jembatan lain yang menyatukan
Seluruh kata-kata dan puisi setiap kata adalah petunjuk cinta abadi dimana kita hadir bersama dengan senyuman yang membuat indah setiap peetemuan dan pelukan hangat yang menyudahi kata pada sebuah kalimat adalah perekat nafas kita ke dalam satu makna
atau dengan ciuman sebagai tanda petik setiap puisi cinta puisi yang melahirkan sajak-sajak yang membuat cinta tak pernah habis

Cinta Tak Kenal Waktu

Sayang, jam berapa sekarang ?
Jam hanyalah lonceng yang galau pada waktu
Detak jantungku tak kenal waktu, berdebar di tubuhmu
Tubuhmu bagai bunga telanjang pada setiap kata, membuat puisiku menggelinjang
Aku lepas jiwamu hingga telanjang
Ku pakai huruf-hurufku menyelimutimu
Lalu matahari terbit di celah kalimat
Begitu hangat dan nikmat

Bersamamu aku lupa waktu
Sekali lagi, sayang jam berapa sekarang ?
Apakah kita perlu pasang waktu ?
Cinta tak kenal waktu, cinta tak punya usia
Jiwaku yang bahagia adalah jiwamu di puisiku
Keringat menetes dari kalimat-kalimat cinta
Mengalir deras diantara jiwa dan tatapanmu

Aku hanya ingin kamu ikhlas tenggelam di palung hatiku
Sayang jam berapa sekarang ?
Apakah beda siang dan malam ?
Bersamamu aku terasa nyaman dan damai
Bintang-bintang adalah butir air matamu di semesta jiwaku dan petunjuk abadiku
Kemana lagi aku kan pergi ?
Sedangkan rumahku adalah kampung halaman dihatimu